MOJOKERTO, SUARABANGSA.co.id – STIE Al-Anwar Mojokerto mengadakan KKN Sains yang mengangkat isu pembangunan desa mandiri yang selaras dengan konsep ESG.
KKN Sains yang dilaksanakan di Kecamatan Puri Mojokerto, dilaksanakan dengan mengangkat isu digitalisasi yang sejalan dengan konsep ESG (Environmental, Social, Governance) pada tataran masyarakat desa.
Teknologi menjadi faktor utama di era modern ini yang tidak bisa ditanggalkan, karena menjadi sentral dalam proses pembangunan.
Beberapa desa di Kabupaten Mojokerto, memang menjadi desa mandiri, desa wisata, bahkan Desa Ketapanrame Kecamatan Trawas juga dinobatkan menjadi desa terbaik dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023 Kemenparekraf.
KKN Sains dengan isu sentral teknologi menjadi bagian penting, untuk meneruskan tren pembangunan masyarakat desa di Kabupaten Mojokerto.
Kali ini, giliran STIE Al-Anwar Mojokerto angkat tema “Membangun Desa Berbasis Kemandirian Ekonomi di Era Digital”.
Ketua STIE Al-Anwar Dr. (Cand) Ahmad Luthfi, S.E., M.Si., menjelaskan mengenai alasan strategis dibalik tema tersebut, khususnya pembangunan yang didorong oleh kalangan muda dari kalangan mahasiswa.
“Digitalisasi memang tidak bisa ditinggalkan, dan memang selayaknya semua pihak harus bergandengan tangan untuk melakukan pembangunan,” terangnya di Kantor Kecamatan Puri pada sesi pembukaan KKN yang juga dihadiri oleh 3 Pilar Kecamatan Puri, Senin 15 Juli 2024.
KKN bagi mahasiswa merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat, serta bentuk pelatihan dan pembelajaran. Karenanya memang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
“Harapannya memang dengan adanya KKN, mahasiswa bisa mendorong masyarakat dan dirinya sendiri untuk bisa berbuat lebih baik lagi. Apalagi sekarang dengan isu digital dan kemandirian desa,” paparnya.
KKN yang diikuti ratusan peserta tersebut bukan hanya ditujukan untuk menguntungkan lembaga pendidikan saja, melainkan benar-benar bermanfaat untuk masyarakat Kecamatan Puri Mojokerto.
Konsep ESG (Environmental, Social, Governance) dalam pembangunan masyarakat desa sangat relevan dan penting untuk meningkatkan kualitas hidup secara berkelanjutan. Secara lingkungan, menerapkan ESG berarti memperhatikan dampak lingkungan dari setiap kegiatan pembangunan di desa, seperti pengelolaan sampah, penggunaan energi terbarukan, dan pelestarian sumber daya alam lokal.
Aspek sosial dari ESG mencakup memperbaiki akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar di desa, serta mempromosikan kesetaraan gender dan keadilan sosial. Sementara itu, dari segi tata kelola (governance), penerapan ESG memperkuat transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, sehingga memastikan pembangunan desa berjalan efisien dan responsif terhadap kebutuhan lokal.
Dengan menerapkan konsep ESG secara holistik, masyarakat desa dapat mengalami peningkatan dalam berbagai aspek kehidupan, dari lingkungan yang lebih bersih dan lestari, hingga meningkatnya kualitas layanan publik dan kesejahteraan sosial. Hal ini tidak hanya menciptakan desa yang lebih berdaya dan berkelanjutan secara ekonomi, tetapi juga meningkatkan rasa memiliki dan partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.
Penulis : Arif
Editor : Putri