SURABAYA, SUARABANGSA.co.id – Indonesia telah memasuki usia 79 tahun dan banyak perubahan yang telah terjadi di negeri ini. Menjelang usia 100 tahun pada 2045 Indonesia menghadapi tantangan besar yang memerlukan perhatian serius, tidak hanya dari pemimpin negara tetapi juga dari seluruh lapisan masyarakat yang berperan penting dalam mewujudkan perubahan.
Hal ini diungkapkan oleh Ong Hengky Ongkywijoyo, seorang pengusaha sukses asal Surabaya, Jawa Timur.
Ia mengungkapkan keprihatinannya terhadap beberapa wilayah di Indonesia yang masih belum tergarap dengan baik meskipun negara ini kaya akan sumber daya alam.
Pria kelahiran Surabaya ini pun menuturkan, sebagian besar wilayah di Indonesia ini sangat kaya akan hasil bumi dan hasil pertambangan.
“Sedih sekali saya mendapati bahwa masih ada wilayah di Indonesia yang belum tergarap secara maksimal,” ujarnya.
Menurutnya Sumatera, Kalimantan, hingga Papua memiliki kekayaan alam yang luar biasa melimpah, yang jika dikelola dengan baik dapat membuat Indonesia lebih maju dibanding negara lain.
Ong Hengky juga teringat lirik lagu legendaris Koes Plus yang menggambarkan kekayaan alam Indonesia.
“Koes Plus mengatakan bahwa laut di Indonesia ibarat kolam susu, Dengan kail dan jala saja, kita sudah bisa memenuhi kebutuhan ikan. Ini menunjukkan betapa suburnya negeri ini,” kata Ong Hengky.
Namun, ia mempertanyakan, “Mengapa kekayaan alam ini belum merata dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia?”
Sebagai pengusaha warga negara keturunan yang peduli, Ong Hengky memiliki beberapa gagasan untuk memaksimalkan pemanfaatan kekayaan alam Indonesia. Salah satu fokusnya adalah perbaikan infrastruktur terutama jalan – jalan di daerah terpencil.
Menurutnya, jalan – jalan di daerah pedesaan masih terlalu sempit sehingga distribusi hasil bumi terhambat.
“Lebar jalan di daerah terpencil seharusnya diperluas hingga 10-12 meter, sementara jalan-jalan utama sebaiknya memiliki lebar 15-20 meter,” singkatnya.
Dengan lebar jalan yang ideal, truk-truk besar dapat mengangkut hasil bumi dalam jumlah banyak dan mempercepat distribusi ke kota-kota besar.
“Jika distribusi cepat, hasil bumi masih segar saat tiba di pasar, dan nilainya lebih tinggi, yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan petani,” tambahnya.
Namun, Ong Hengky juga menyoroti dampak negatif dari pembangunan, seperti penebangan hutan secara masif untuk membuka jalan. Menurutnya, hutan adalah paru-paru dunia yang perlu dijaga. Ia juga mengkritik pembangunan jalan tol yang memerlukan biaya besar. Ong Hengky berpendapat bahwa dana tersebut sebaiknya dialihkan untuk pendidikan dan kesehatan, terutama di daerah terpencil.
Ia berharap pemerintah lebih bijak dalam mengelola kekayaan alam dan infrastruktur, serta mengajak putra-putri Indonesia yang menimba ilmu di luar negeri untuk kembali dan membangun tanah air dengan ilmu yang telah diperoleh. Sektor pertanian, misalnya, memerlukan sentuhan teknologi modern untuk meningkatkan hasil panen dan kualitas produk.
“Indonesia memiliki tanah yang sangat subur. Dengan penerapan teknologi pertanian yang tepat, hasil panen bisa jauh lebih melimpah dan berkualitas,” jelasnya.
Sebagai penutup, Ong Hengky berharap bahwa pemikiran-pemikirannya dapat menginspirasi para pemimpin dan masyarakat untuk bersama – sama mewujudkan Indonesia yang lebih maju sehingga pada usianya yang ke-100 tahun, Indonesia bisa menjadi negara yang disegani dunia bukan hanya di tingkat Asia.
“Semoga harapan ini bukan hanya mimpi, tetapi dapat diwujudkan demi kejayaan Indonesia,” pungkasnya.
Penulis : Muji
Editor : Putri