BOJONEGORO, SUARABANGSA.co.id – Gema Takbir berkumandang di riuh nya gamelan Oklik (red: kentongan, bambu yang di desain jadi alat musik) yang dimainkan oleh tua muda dalam gelaran Gema Takbir dan Parade oklik di Medayoh Bojonegoro 2025, Peserta kurang lebih ada 30 group pelajar di ikuti dari SMP dan SMA kurang lebih ada 15 peserta, Group Umum ada 15 group, kegiatan ini di selengarakan oleh Dinas Pariwisata dan Budaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur, Minggu (31/3/2025).
Dalam acara tersebut juga dihadiri oleh Bupati dan Wakil Bupati Bojonegoro, SKPD dan OPD, Kapolres Bojonegoro, Dandim 0813 Bojonegoro.
Acara malam ini selain Gema Takbir dan Parade Oklik, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro melouncing Katalog Buku saku panduan Ramadhan terkait distinasi Wisata yang ada di Bojonegoro.
Welly Fitrama kepala Dinas Pariwisata dan Budaya mengatakan pada Awak media Suara bangsa, Kegiatan Gema Ramadhan dan parade Oklik ini diikuti kurang lebih 15 Kelompok dari Sekolah dan 15 kelompok dari Group Umum.
Kurang lebih 90 anak siswa dari beberapa sekolahan terlibat dan 75 orang dari beberapa group umum juga terlibat,selain itu juga dimeriah kan dua group dari luar kota yaitu dari Tuban, juga ikut meramaikan acara parade oklik malam ini.
“Tujuan nya adalah mengenalkan lebih jauh Kesenian oklik sebagai Khas Bojonegoro, dan sebagai aset Tak benda, dan sudah kita daftarkan secara HKI (Hak kekayaan Intelektual) secara Nasional,” ungkapnya.
Parede Oklik diberangkatkan Bupati dan Wakil Bupati dan forkompimda Bojonegoro dengan memukul kentongan bersama-sama, peserta berangkat dari Start di jalan Mastumapel, belok kiri ke jalan imam Bonjol, menuju ke Jalan Mastrip, belok kiri Mh thamrin, belok kiri menuju jalan Panglima sudirman finish Hasyim Asy’ari (Alun-alun) Bojonegoro.
Dalam sambutan nya Bupati Setyo Wahono bahwa dengan diadakan kegiatan Medayoh Bojonegoro 2025, Gema Takbir dan Parade Oklik ini tak lain bagian dari mempromosikan Wisata yang di Bojonegoro lewat Buku saku, dan Oklik adalah bagian dari Kesenian khas yang dimiliki oleh Kabupaten Bojonegoro. Oklik Juga bagian dari aset tak benda yang bisa daya ungkit Wisata di Bojonegoro, dan oklik adalah bagian dari pemersatu umat islam setelah satu bulan menjalan kan puasa.
“Penyelengara parade oklik bagian dari budaya ekspresi kita bersama umat muslim setelah satu bulan melaksakan puasa dibulan suci ramadhan,kegiatan yang di ikuti 15 oklik dari pelajar dan 15 umum diharapkan dapat memberi semangat dan motivasi di bulan suci ramadhan dan memper erat persatuan umat muslim dibojonegoro,dalam menyambut kemenangan,” ucapnya.
“Dengan kegiatan oklik ini juga bisa untuk menyampaikan pesan dalam event dan pertunjukan serta mempererat Silahturahmi seniman oklik di beberapa event di pertunjukan yang selaras, untuk itu diharapkan sinergi dan kolaborasi antara seniman,Masyarakat dan Pemerintah agar terjaga kelestarian Kebudayaan lokal bisa terjaga dan lebih dikenal Masyarakat luas diera digitalisasi dan kamajuan serba get get ini,” ungkapnya.
Imbuhnya, Bupati Setyo wahono bercerita bahwa Oklik bisa untuk pengusir Pagebluk (Red: Wabah/Penyakit) dan hal tersebut sudah menjadi tradisi para petani, maka para petani dahulu untuk mengusir Pagebluk ya dengan memukul kentongan, hal tersebut didapatkan dari cerita orang tua dan tradisi para petani bila mengusir pagebluk di kala itu.
“Mohon Ijin bapak ibu bahwa saya mendengar cerita saja, bahwa mengusir pagebluk dulu itu dengan memukul kenthongan, saya dapat cerita dari bapak saya dengan memukul kentongan untuk mengusir pagebluk yaitu penyakit di pertanian, dari tikus , burung mau pun wereng,” pungkasnya.
Penulis : Takim
Editor : Putri