SURABAYA, SUARABANGSA.co.id – Dalam rangka memperingati Haul Bung Karno dan Harlah Pancasila Pustaka Lewi, Matra Jatim dan Laksus Darah Gajah Mada menggelar Sarasehan Budaya bertajuk ‘Deradikalisasi dan Mencegah Intoleransi dengan Kearifan Lokal’ di Bicopi (Briliant Coklat Kopi) Jalan Ir. Soekarno, Gunung Anyar Surabaya, Minggu (19/6/2022).
Acara Sarasehan Budaya tersebut dihadiri Komisi Nasional (Komnas) Pendidikan Jawa Timur, Kunjung Wahyudi, Muchamad Arifin dari BNPT-FKPT Jawa Timur, MT Ekawati Rahayu Kepala Bakesbangpol Surabaya, Kol Inf Corri Sigalingging Kasi Intel Korem Bhaskara Jaya, Yordan M Batara Goa seorang akademisi, KH Abdul Hamid Sya’roni pemuka agama Islam, serta para tokoh masyarakat lintas agama. Mulai dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu, Ortodoks hingga penganut aliran kepercayaan.
Siswadi Siswo Pranoto selaku Ketua Panitia Sarasehan menyampaikan, acara diskusi yang digelar dengan mempertemukan tokoh lintas agama serta pejabat terkait tersebut untuk membahas persoalan deradikalisasi dan terorisme.
“Inti dari acara tersebut kita ingin mempertemukan tokoh agama ini dengan pejabat terkait, dalam hal ini yang paling berwenang ini BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) dan kemudian didukung oleh Kodam (V Brawijaya),” ujar Siswadi, Senin (20/6/2022).
Lebih lanjut disampaikannya, tujuan digelarnya acara ini tak lain untuk mencegah pergerakan radikalisme yang membahayakan persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia. Sementara mengenai waktu pelaksanaan, ia mengatakan, sarasehan digelar sebagai wujud peringatan Hari Pancasila yang jatuh setiap tanggal 1 Juni.
“Tapi karena kita tidak bisa menggelar di 1 Juni karena terkait perijinan, (maka) kita ganti dengan dalam rangka Bulan Pancasila karena di bulan (Juni) ini Pak Karno (Presiden Soekarno) lahir dan Pancasila lahir,” ujarnya.
Dia menjelaskan, ada beberapa poin yang menjadi pokok bahasan dalam diskusi tersebut. Diantaranya mengenai makna Garuda Pancasila sebagai lambang negara berikut konsep panca sadar meliputi Sadar Tuhan, Sadar Diri, Sadar Hidup, Sadar Masalah dan Sadar Bahagia. Hingga penjelasan ideologi Pancasila berdasar versi 1 Juni 1945.
Namun dari serangkaian bahasan itu, Siswadi menyimpulkan jika peserta diskusi bersepakat bahwa intoleransi dan terorisme tidak mengenal agama dan apapun agama kita harus saling menghargai satu sama lain.
“Semua sepakat bahwa agama tidak mengajarkan intoleransi, tidak satu agama pun mengajarkan terorisme. Terorisme tidak mempunyai agama, jadi kita tidak boleh lagi menyebut agama ini sebagai terorisme,” pungkasnya.