BOJONEGORO, SUARABANGSA.co.id – Memasuki panen Raya di bulan April ini, harga gabah di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur tidak menentu.
Dari harga 6400 rupiah sampai titik terendah 5100 rupiah dan hal tersebut sangat tidak mengindahkan ketentuan Pemerintah Harga Setandart, Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah yang berlaku di Bulog sejak 15 Januari 2025 adalah Rp6.500 per kilogram. Bojonegoro 9/4/2025 Provinsi Jawa Timur.
Dari Penelusuran Awak media SUARABANGSA.co.id dari bulan Januari-Maret petani di Sukosewu merasakan harga gabah panen tembus 6400 lepas kombi saat pemerintah mengumumkan Harga Pembelian dan penyerapan gabah di 6500 rupiah.
Dari bulan Januari sampai maret, harga gabah Turun HPP 6500 turun 6400 sampai 5800, di bulan April mulai kritis tinggal 5100 rupiah.
Di bulan Maret panen raya pertama menjelang lebaran saat bulan puasa harga gabah mulai turun drastis saat terdengar isu kabar Perum Bulog Bojonegoro tidak mengambil Gabah dari petani (Red: Penyerapan), dan awak media mencoba menelusuri Isu Bulog tidak menyerap gabah, namun beberapa tengkulak bungkam engan berkomentar.
“Harga gabah disini saat ini 5800 rupiah, isunya sih Bulog sudah tidak menyerap gabah,” terang petani Sembung yang mewanti wanti engan disebutkan namanya.
Hal yang sama juga disampaikan Kepala Desa Pungpungan Selamet Hari Hadi, pembelian gabah di desanya saat ini tembus di 5300 rupiah, namun lelaki yang akrab dipangil Hari menjelaskan saat panen yang pertama dulu (red: panen pertama), saat itu Bulog masih menyerap hasil panen petani, Bulog menyerap di petani harga gabah 6500 rupiah dan diambil oleh bulog sendiri.
“Kemarin Petani binaan Bumdes Pumpungan, saat kita kordinasi bulog dengan harga gabah masih 6500 rupiah, hasil panen tersebut sudah di pinggir jalan, transport dan akomodasi di tanggung oleh Bulog, kalau panen kali ini karena tempat nya jauh dan medannya terjal, serta sulit, dan saat ini di beli oleh pedagang lokal harganya variatif, ada yang 5800 rupiah ada yang 5300 rupiah,” ungkapnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Sunaryo Abu Main, Hasil panen nya di bawa pulang saja, karena oleh pedagang di beli diharga 5100 rupiah, karena ongkos tidak seimbang dengan harga jual, hasil panen di bawa pulang saja, di jemur sendiri dan di proses sendiri.
“Sampaikan menteri gabah saya di tawar tengkulak 5.100, gak boleh tak jemur sendiri tidak nyucuk biaya di lapangan, tidak ada petugas pengawasan harga gabah, petani butuh berapapun hargane di jual,” komentarnya di Group diskusi LPK Rajekwesi.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Agung, bahwa Bulog tidak komitmen dalam penyerapan hasil panen petani Bojonegoro. Saat dikonfirmasi ternyata tidak realisasi, ditelpon hanya janji-janji saja.
“D bel nggur janji thok realisasi mbel gedhes (Red: Di bel hanya janji saja tidak ada realisasi mbel gedhes),” ungkapnya.
Dari penelusuran awak media SUARABANGSA.co.id dilapangan, pada bulan maret para tengkulak dengan membawa kombi bertransaksi dengan petani dengan Isu Bulog akhir bulan maret tidak menyerap gabah, harga pun fariativ dari 5800 rupiah sampai 5300 rupiah sesuai jenis Kadar air gabah serta usia gabah, beberapa tengkulak untuk dimintai keterangan engan berkomentar.
Penulis : Takim
Editor : Putri