SAMPANG, SUARABANGSA.co.id — Lantunan dua kalimat syahadat menggema di Gedung Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU), Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, Rabu (14/05/2025).
Sebab, ada dua insan yang memperoleh hidayah untuk memeluk agama Islam. Mereka adalah Agustin Soelistiyorini dan Anggita Ayu Juniasari, warga Perum Barisan Indah, Kelurahan Gunung Sekar, Kecamatan Sampang.
Pantauan kontributor suarabangsa.co.id dilokasi, acara pembacaan ikrar syahadatain itu dibimbing langsung oleh Rais Syuriyah PCNU Sampang KH Syafi’uddin Abd Wahid dengan didampingi Ketua Tanfidziyah KH Itqon Busiri.
Turut menyaksikan, sejumlah pengurus Fatayat NU, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sampang serta Kepala Bakesbangpol Anang Djoenaedi.
Gerimis air hujan menjadi saksi di tengah harunya proses pengislaman kedua insan itu. Momentum ini menjadi sakral ketika alam seolah ikut andil dalam proses tersebut.
Sebelumnya, ibu dan anak tersebut memeluk agama Katolik. Dihadapan para kiai dan sejumlah pengurus PCNU Sampang, mereka dengan lancar melafadzkan dua kalimat syahadat.
Sebelum bersyahadat, KH Syafi’uddin Abd Wahid meminta keduanya untuk mengungkap alasan memeluk Islam.
“Kami memilih islam murni dari hati dan tidak ada yang memaksa,” ujar Agustin sebelum proses persyahadatan.
Setelah mendengar alasan mereka masuk Islam, Rais Syuriyah PCNU Sampang pun membimbing keduanya membaca dua kalimat syahadat.
Dengan penuh keikhlasan dan tekad yang kuat, tanpa ada paksaan dari siapapun, keduanya sukses dan berhasil masuk Islam. Keberhasilan mereka mengucapkan dua kalimat syahadat disambut kalimat ‘Alhamdulillah’ oleh jamaah yang menyaksikan.
Anggita Ayu Juniasari bercerita, bahwa alasannya memeluk agama Islam dari hati yang tulus. Dirinya termotivasi untuk belajar dan mendalami ajaran Islam setelah melihat sang ayah menjalani ibadah.
“Sebenarnya sudah agak lama kami ingin masuk Islam, tapi papa bilang tidak usah buru-buru. Kalau memang pengen tau, belajar dulu, baca-baca buku tentang islam yang di kasih papa,” beber dia.
Anggita menyebut jika dalam keluarganya, sang ayah adalah orang yang pertama kali menjadi mualaf, kemudian di susul dirinya bersama sang ibu.
“Dalam keluarga kami, yang lebih awal memeluk agama Islam itu adalah papa. Kemudian saya dan mama,” ucapnya.
Anggita mengaku perasaannya selalu tenang dan damai setiap kali sang ayah bercerita tentang Islam. Hingga akhirnya, dia bersama ibunya memantapkan hati untuk berpindah keyakinan memeluk agama Islam.
“Alhamdulillah, kami berdua bersyukur prosesi tadi berjalan lancar. Ternyata, mendalami agama Islam setenang ini ya,” pungkasnya.
Ditempat yang sama, Ketua Tanfidziyah PCNU Sampang KH Itqon Bushiri, mengaku terharu setelah mendengar ikrar dua orang mualaf yang memutuskan memeluk Islam.
Sebelumnya, pihaknya memastikan terlebih dahulu apakah mereka benar-benar murni atas kemauan sendiri, bukan paksaan dari pihak manapun.
“Sebelum proses ikrar syahadat di mulai, kami memastikan terlebih dahulu, apakah mereka masuk Islam itu karena keinginan sendiri atau atas dorongan orang lain,” kata KH Itqon.
KH Itqon juga menyampaikan rasa harunya karena berlangsungnya momen ikrar dua mualaf tersebut bersamaan dengan turunnya hujan. Dirinya menilai peristiwa itu sebagai pertanda keberkahan.
“Karena Allah menurunkan air dari langit itu merupakan barokah. Semoga ini menjadi barokah bagi mereka berdua,” tutur KH Itqon.
Ke depan, kata dia, pihaknya akan memberikan pendampingan dan bimbingan keagamaan secara intensif. Menurutnya, para mualaf memerlukan perhatian khusus agar bisa memahami Islam secara utuh.
“Orang yang baru masuk Islam itu seperti bayi yang baru lahir, jadi memang harus dibimbing secara perlahan, sedikit demi sedikit,” tutup KH Itqon.
Penulis : Abdus Salam
Editor : Putri