SUMENEP, SUARABANGSA.co.id – Pasca lebaran Idul Fitri tepatnya satu minggu setelah hari H lebaran Idul Fitri, masyarakat Sumenep mengenal istilah Lebaran Ketupat (tellasan topa’. red).
Menurut cerita, Lebaran Ketupat pertama kali dicetuskan oleh salah satu dari anggota Wali Songo, yaitu Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan lebaran ketupat kepada masyarakat Jawa pada tahun 1600-an Masehi melalui hidangan ketupat. Pada saat lebaran ketupat, biasanya masyarakat Sumenep menyuguhkan makanan dengan bahan dasar ketupat, saat ada sanak famili yang bertamu atau bersilaturahmi, meskipun ketupat adalah makanan tradisional yang jauh dari kata mewah, namun ketupat memiliki banyak filosofi yang terkandung.
Lain dari hal tersebut, lebaran ketupat adalah momen yang tidak bisa disia-siakan begitu saja bagi masyarakat Sumenep. Berlibur, adalah cara masyarakat Sumenep untuk merayakan lebaran ketupat yang biasa dilakukan, tentu pada saat lebaran ketupat banyak destinasi wisata ramai pengunjung, dari jumlah ribuan wisatawan bahkan hingga puluhan ribu yang hadir dalam satu objek wisata.
Namun saat wabah pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia khususnya di Kabupaten Sumenep, tahun ini justru berbanding terbalik dengan tahun-tahun sebelumnya, yang biasanya semua objek wisata yang ada di Sumenep ramai pengunjung, justru kali ini tak satupun wisatawan terlihat di tempat-tempat wisata, melainkan hanya para petugas dari kepolisian yang terus melakukan penjagaan secara ketat.
Atas dasar keamanan bersama dan untuk memutus tali penyebaran Covid-19, terpaksa Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumenep menutup tempat wisata, bahkan pengelola destinasi wisata di wilayah dihimbau untuk tidak membuka tempat wisata pada saat pandemi Covid-19 berlangsung.
Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan dan Pemuda Sumenep, Bambang Irianto mengatakan, dari hasil Rapat Koordinasi pada Kamis 28 Mei 2020 kemarin, diputuskan bahwa tempat-tempat wisata tetap ditutup menjelang lebaran ketupat 2020.
Menurutnya, bahwa keputusan tetap menutup objek wisata tersebut dilakukan tidak lain sebagai upaya antisipasi memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Sumenep.
Bambang meminta kepada pihak-pihak terkait, seperti Polres, Kodim maupun Forkopimda, Forkopimka dan Kades dan tidak luput pula para pemilik dan pengelola destinasi untuk melakukan penjagaan penutupan destinasi wisata untuk menghindari kerumunan warga.
“Kita ketahui bersama, bahwa saat lebaran seperti ini adalah momen yang sudah menjadi tradisi, sehingga harus diperjelas kembali bahwa tidak ada tempat wisata yang dibuka saat ini,” terang dia, Jum’at (29/05).
Tindakan tersebut dilakukan, untuk menghindari kerumunan warga di tempat-tempat wisata yang cenderung akan mempercepat penularan Covid-19.
“Karena sampai saat ini masih terus meningkat (pasien positif.red), jadi ini dilalukan untuk menghindari penyebaran Covid-19,” tutupnya.