SUMENEP, SUARABANGSA.co.id – Sangat pantas jika Kabupaten Sumenep selain dijuluki sebagai kota keris, juga Kabupaten paling timur pulau Madura tersebut juga menyandang sebagai kota wisata. Sebab, tidak hanya destinasi wisata alam berupa pantai seperti pantai Lombang, pantai Salopeng, pantai Sembilan yang ada di Gili Genting, dan pantai Gili Labak, serta masih banyak beberapa destinasi wisata pantai yang masih belum banyak di ekspos yang memiliki rupa memukau.
Selain wisata pantai, Sumenep pun menyimpan banyak wisata kuliner, seperti makanan khas tradisional Sumenep, dan juga wisata religi.
Wisata religi tidak kalah penting, dan juga banyak diminati masyarakat luas, baik dari dalam kota Sumenep sendiri, maupun dari luar kota. Banyak lokasi wisata religi yang ada di Sumenep, dan tentunya yang menonjol dan yang menjadi primadona di Sumenep adalah Asta Tinggi yaitu tempat makam para raja Sumenep terdahulu, serta Masjid Jamik Keraton Sumenep yang masih berdiri kokoh hingga saat ini.
Namun, dari beberapa tempat-tempat wisata tersebut, ada beberapa tempat wisata religi yang belum banyak terekspos dan diketahui banyak orang, oleh sebab itu sebagai rujukan lain dari beberapa lokasi wisata religi yang ada di Sumenep, maka pantas jika Asta Totale yang ada di desa Lapa Laok, Kecamatan Dungkek, turut menjadi salah satu daftar wisata religi di Sumenep yang patut untuk dikunjungi para wisatawan.
Asta atau (Buju’.red) menurut masyarakat Madura khususnya Sumenep, selalu diartikan makam para leluhur terdahulu yang dianggap memiliki pengaruh besar dalam membangun Madura di waktu dulu.
Di Desa Lapa Laok sendiri, tersimpan makam atau Asta keramat yaitu Asta Totale, yang lokasinya yakni 3 kilometer dari jalan utama Desa Lapa Laok, tepatnya di di Dusun Buraja.
Uniknya dari Asta Totale tersebut, lokasinya tepat berada di pinggir laut, yang banyak dikenal warga sekitar dengan sebutan pantai Totale, yang posisinya menghadap langsung ke Pulau Giliyang.
Menurut cerita masyarakat sekitar Asta, bahwa kata Totale sendiri berasal dari kata ‘to’ yang asal katanya dari ‘beto’ atau batu, dan ‘tale’ yaitu berarti bermakna sebuah tali, yang jika diartikan secara utuh, adalah batu yang terbentuk seperti sebuah tali. Selain itu, di dekat Asta Totale terdapat dua tempat semacam tempat pertapaan di dekat lokasi Asta Totale.
Ada yang unik jika berziarah ke Asta Totale, bahwa para peziarah saat berziarah ke Asta Totale tidak seperti berziarah ke tempat-tempat Asta lainnya, yang biasanya para peziarah langsung bermunajat atau berdoa di samping makam atau dengan jarak beberapa meter saja dari makam, namun di Asta Totale para peziarah hanya akan menyaksikan hamparan laut membentang dan pemandangan Pulau Giliyang. Sebab, menurut cerita warga, lokasi sebenarnya Asta Totale berada di dasar laut, entah bagaimana hal tersebut bisa seperti itu, yang jelas semua itu di laut nalar manusia dan hanya Sang Pencipta yang tahu.
Menurut cerita versi warga setempat, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa melihat langsung makam atau Asta Totale saat berziarah, dan itu jarang sekali terjadi pada para peziarah.
Lain lagi dengan cerita mistis di luar nalar manusia yang terjadi di Asta Totale tersebut, yang konon katanya jika kapal bugis melintas di perairan Asta Totale, akan langsung tersendat dan berhenti seketika tanpa tahu penyebabnya. Hal ini membuat seketika takut orang bugis yang akan melintasinya. Dan tidak akan kembali lagi.
“Makam asli dari Asta Totale terdapat di dasar laut yang terbentang dari Desa Lapa Laok sampai di pulau Giliyang,” kata Mas’odi salah satu warga setempat menjelaskan.
Ia menceritakan hal tersebut, sebab pada beberapa tahun yang lalu, ada salah satu proyek pemerintah yaitu penanaman pipa air dari Desa Lapa Laok hingga ke Pulau Giliyang, bahwasanya para penyelam saat itu yang melakukan penanaman pipa air bisa melihat langsung makam tersebut. Kabarnya penyelam tersebut bermunajat terlebih dahulu sebelum melakukan penyelaman, dan alangkah kagetnya saat ketika para penyelam tersebut menyaksikan langsung kompleks pemakaman di dasar laut tersebut dengan mata kepala mereka sendiri.
Atas kejadian tersebut, hingga saat ini belum pernah ada yang melakukan penelitian lebih lanjut soal keberadaan makam tersebut.
Oleh sebab itu, para peziarah hanya melakukan doa di pinggir pantai, yang memang sudah disediakan tempat khusus para peziarah untuk bermunajat.
Hingga saat ini, meskipun para peziarah tidak bisa langsung menyaksikan lokasi makam atau Asta Totale secara langsung, namun masyarakat Sumenep meyakini bahwa Asta tersebut adalah makam-makam para kekasih Allah SWT, yang tidak banyak orang ketahui.