BOJONEGORO, SUARABANGSA.co.id -Alat berat Drilling PT Pertamina EP (29/9) Di hadang oleh warga desa Ngampel, kecamatan kapas kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa timur.
Pertamina EP diangap lalai terhadap warga Desa Ngampel selama ini,
setiap Pelaksanaan pengeboran baru, Pertamina ep selalu mengunakan tenaga dari luar daerah, dan tidak memperhatikan tenaga lokal (red:Desa sekitar perusahaan.)
Dan selama Pertamina ep saat explotasi sumber minyak diarea Desa Ngampel , Pertamina Ep kontribusi nya dengan Daerah penghasil migas diangap kurang sepadan, dari dampak dan manfaat nya.
Hal tersebut diungkapkan oleh Purwanto selaku Kepala Desa Ngampel kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro.
“Kami ini berdiri ditengah-tengah diantara Campurejo dan Banjarejo, namun , dan kontribusi untuk Daerah penghasil migas kecil, kita itu tidak pernah tahu DBH, tolonglah bapak-bapak pejabat yang diatas (Red: DPR-RI/DPRD ,pemkab) mbok ya , berkunjunglah kesini, mbok kami dirangkul, tak perlu di intervensi”Harap nya.
Purwanto juga menegaskan, Desa Ngampel juga sebagai dampak pengeboran dan explotasi,
Serta Desa juga dituntut sebagai penjaga aset nya Pertamina EP, namun Desa Ngampel kurang diperhatikan, dari tenaga kerja, sampai tali asih untuk warga nya.
Menurutnya, Warga Desa Ngampel yang bekerja di Pertamina ep tersebut hanya sekitar dua persen, bila ada pekerjaan pengeboran saja, orang luar daerah yang lebih banyak diutamakan, sedangkan Pertamina ep mengais rejekinya di Desa Ngampel.
“Warga sini itu sekitar dua persen yang kerja disitu, dari 105 warga ada tambahan 3, jadi ada 108 karyawan, kerjaan kecil-kecil juga diserahkan orang luar, jadi warga disini itu dilibat kan saat ada pengeboran baru, tapi vendor-vendornya sudah membawa orang luar”terangnya.Hari Selasa 30/9/2025.
Imbuh Purwanto, dengan hal tersebut, dari pertemuan tadi,telah disepakati bersama, pemdes dan beberapa tokoh desa, setelah kemarin saat dengan Tokoh masyarakat,BPD, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemdes, sempat dedclok.
Tambahnya,tadi yang disepakati adalah terkait, Tali asih,penambahan tenaga kerja dari desa Ngampel, (red;Dari 105 kini berjumlah 108 orang), dan bantuan pembangunan masjid, serta mengkontrol di RT-RT, terhadap sumur-sumur yang berdampak dari pengeboran.
“Anak sini yang kerja disitu sedikit, ya sekitar dua persen,tali asih itu dibagikan saat akan lakukan ada pengeboran, adanya tali asih lama, pengeboran itu bisa tiga tahun bisa, bisa dua tahun, jadi kalau tidak ada pengeboran baru ya tidak ada tali asih,untuk pembangunan masjid, di bantu dua ratus juta” Ungkap
Disingung terkait harapan dan hikmah dari penghadangan tersebut, Purwanto meminta kepada semua pihak agar memperhatikan Nasib warga lokal ngampel, agar hal seperti penghadangan-pengadangan itu tidak terjadi lagi Dan serta mengurangi kerawanan sosial.
Penulis : Takim
Editor : Putri