MOJOKERTO, SUARABANGSA.co.id – Sidang Terbuka Senat STIE Al-Anwar Mojokerto untuk acara tunggal Wisuda Sarjana XXIII berlangsung dengan penuh khidmat dan diakhiri dengan suasana meriah. Acara tersebut menjadi momen penting bagi para wisudawan yang telah menyelesaikan studi mereka dan menerima gelar sarjana.
Ketua STIE Al-Anwar Mojokerto, Ahmad Luthfi, S.E., M.Si., memberikan peringatan kepada para wisudawan tentang makna dan tanggung jawab yang datang bersama gelar sarjana. Menurutnya, gelar sarjana bukan hanya sebuah pencapaian yang layak dirayakan, tetapi juga merupakan titik awal dari tantangan yang nyata dalam kehidupan.
Ahmad Luthfi menekankan bahwa tantangan tersebut berkaitan dengan bagaimana para lulusan memanfaatkan gelar mereka. Gelar sarjana, katanya, tidak boleh hanya menjadi lambang kesuksesan akademik atau euforia sesaat. Sebaliknya, gelar tersebut harus digunakan secara bijak baik dalam ranah akademik maupun praktis.
Para wisudawan didorong untuk menerapkan ilmu yang telah mereka peroleh selama masa studi, baik dalam dunia kerja maupun dalam kontribusi kepada masyarakat. Gelar sarjana harus menjadi modal untuk terus berkembang, berinovasi, dan beradaptasi dengan berbagai tantangan yang ada di dunia nyata.
Dengan demikian, wisuda bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan awal dari tanggung jawab baru untuk memanfaatkan pendidikan tinggi yang telah mereka raih demi kemajuan pribadi dan sosial. Pesan ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi para lulusan untuk menghadapi masa depan dengan kesiapan dan keyakinan yang kuat.
“Kalau sudah sarjana itu sebenarnya tidak mudah, jadi mahasiswa jangan jumawa dan terus bersantai. Malah kalau sudah sarjana itu tuntutannya besar, harus kerja, menjadi orang yang dianggap bisa, ini menjadi beban-beban nyata,” terangnya pada acara wisuda di Ballroom Ayola Sunrise Mall Mojokerto pada Minggu (8/9/2024).
“Bisa kerja atau melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, makanya inilah beratnya jadi sarjana. Namun terlepas dari itu semuanya, sesungguhnya mahasiswa Al-Anwar ini sudah diberi bekal untuk mampu bersaing sebagai generasi yang unggul,” paparnya.
Sementara itu, sebagai orator yaitu Fitriadi Agung Prabowo, S.IP., M.H., Kabid HAM Kemenkumham Kanwil Jatim dalam orasi ilmiahnya menyinggung teknologi dan perkembangan zaman.
“Kalau orang cerdas teknologi, semua yang ada di HP itu bisa difilter, bisa berdampak positif ataupun negatif informasi di media sosial itu, banyak kejadian yang merusak yang harus bisa difilter,” paparnya.
Ia kemudian mencontohkan, pemanfaatan media sosial itu pada dasarnya sangat berbahaya, dan harus di filter dengan baik.
“Saya hanya punya wa (whatsapp), tidak punya sosial media yang lainnya. Karena saya pengen hidup ini lebih nyaman, karena biar tidak mendapat informasi yang tidak akurat,” paparnya.
Kabid HAM Kemenkumham Kanwil Jatim juga menjelaskan mengenai intoleran dan sikap benci, ini merupakan sebuah pandangan yang harus dihilangkan.
“Di Jawa Timur ini, kita kurangilah, harus kita kendalikan, contohnya adalah soal pro dan kontra IKN ini menjadi bagian yang krusial. Minimal adalah mengendalikan diri dari isu sosial yang berkembang dan dicerna dengan baik. Kritik itu boleh tetapi juga tidak boleh membabi buta,” paparnya.
Diakhir orasinya, Kabid HAM Kemenkumham Kanwil Jatim menyinggung soal persoalan bangsa yang tidak pernah tuntas, salah satunya adalah soal kebodohan.
“Jumlah sarjana, puluhan juta, setiap tahun mungkin setiap tahun di wisuda, tapi kemudian bangsa ini menjadi bangsa yang kuat atau hebat belum tentu juga. Di luar negeri itu, pengalaman lebih penting daripada gelar sarjana,” tukasnya.
Di akhir orasinya adalah ia memberikan pesan bahwa mahasiswa ataupun segenap sivitas akademika STIE Al-Anwar harus menjaga nama almamater untuk memberikan yang terbaik pada masyarakat.***
Penulis : Latif
Editor : Adelia