BONDOWOSO, SUARABANGSA.co.id – Angka Stunting atau kekurangan gizi kronis pada anak di tingkat Nasional masih terbilang tinggi yakni 24 persen.
Padahal, angka Stunting dikatakan normal di sebuah negara jika maksimal 20 persen saja.
Hal itu diutarakan oleh Anggota Komisi IX DPR RI Anas Thahir saat melakukan edukasi tentang penurunan stunting di Bondowoso, Sabtu (16/7/2022).
“Tingkat stunting kita masih di angka 24 persen. Padahal seharusnya tidak boleh sebuah negara angka stunting di atas 20 persen,” ungkapnya.
Kendati demikian, dia mengapresiasi pemerintah dalam menekan laju stunting.
“Penekanan laju stunting ini sudah cukup berhasil, sebab sebelumnya 30 persen. Presiden menargetkan angka stunting di angka maksimal 14 persen tahun 2024 nanti,” sebut legislator PPP ini.
Oleh sebab itu, pihaknya berharap seluruh pihak bekerjasama menekan angka stunting.
“Dimulai dari lingkup keluarga tentunya. Edukasi tentang stunting perlu digencarkan,” paparnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3AKB) Kabupaten Bondowoso Anisatul Hamidah menyebut, angka stunting di Kabupaten Bondowoso masih 37 persen.
Ditargetkan pada 2024 bisa ditekan menjadi 21 persen.
Di Bondowoso pihaknya menggerakkan Tim Pendamping Keluarga.
“Kita dampingi, dari remaja. Sebab angka perkawinan anak di Bondowoso masih sangat tinggi, ” jelasnya.
Menurut Anis, salah satu faktor penyebab stunting diawali dari pernikahan dini.
“Dan budaya pernikahan dini di Bondowoso masih tinggi,” ulasnya.
Ia pernah menanyakan pada salah satu tokoh agama dengan perumpamaan bahwa anaknya masih SMP.
“Jika anaknya masih SMP, kemudian dilamar lelaki ganteng, punya sawah 20 hektar, mobil Pajero, apakah dikasih? Ternyata jawabannya dikasih. Nah ini salah satu contoh saja,” ucapnya.
Dinsos P3AKB pun menjabarkan bahwa ada tiga program unggulan bagaimana persoalan sosial bisa teratasi.
“Stop anak melahirkan anak, stop kemiskinan melahirkan kemiskinan dan stop kebodohan melahirkan kebodohan,” tegasnya. (awi)