SAMPANG, SUARABANGSA.co.id — Salah seorang anggota kepolisian Resort (Polres) Sampang, Madura, Jawa Timur mendatangi sebuah gubuk yang beralaskan tanah. Dengan berpakaian dinas lengkap, dia membawa karung beras.
Dia adalah M Faizin, salah seorang anggota Satuan Samapta Polres Sampang, berpangkat Brigadir Polisi Kepala (Bripka). Bintara tingkat empat itu, diketahui kerap menyantuni seorang wanita tua bernama Mbah Limuk’ah yang hidup sebatang kara.
Perempuan berusia 71 tahun tersebut merupakan warga Kampung Sondung, Dusun Gundal, Desa Anggersek, Kecamatan Camplong, Sampang. Tubuh renta dan keriput mbah Limuk’ah adalah gambaran pahitnya hidup yang harus dia lakoni seorang diri tanpa ada satupun sanak saudara.
Hidupnya jadi lebih pahit lagi lantaran di usia yang sudah sangat senja tersebut, dia terpuruk dalam kemiskinan. Jangankan untuk memperbaiki rumahnya yang rusak, untuk bertahan hidup sehari-hari saja, mbah Limuk’ah masih tergantung pada tetangga-tetangganya.
Cerita Bripka Faizin itu bermula, ketika ia mengetahui ada seorang nenek yang hidupnya serba kekurangan pada saat dirinya menjadi Bhabinkamtibmas Polsek Camplong beberapa tahun lalu.
“Saat mendapati informasi tersebut, selaku Bhabinkamtibmas di Desa itu, saya langsung menyambangi rumah mbah Limuk’ah,” kata Bripka Faizin bercerita kepada kontributor suarabangsa.co.id, Kamis (07/06/2022) sore.
Dari situ, Bripka Faizin lalu ke rumah mbah Limuk’ah. Bripka Faizin kaget melihat kondisi nenek tua sebatang kara itu. Betapa tidak, di sana ia menyaksikan pemandangan pilu nan menyayat hati.
Rumah mbah Limuk’ah begitu reot, dindingnya yang terbuat dari anyaman bambu bergelantungan termakan waktu. Gentengnya pun juga sudah bocor di mana-mana. Serta lantai tanah yang lembab kala musim penghujan tiba.
“Mbah Limuk’ah tinggal seorang diri di rumah berkonstruksi kayu yang sudah lapuk serta berlantai tanah. Bahkan perlengkapan di dalam rumah seperti ranjang dan lainnya juga tidak layak untuk digunakan lagi,” ujar Faizin.
Hari demi hari berlalu, Bripka Faizin selalu meluangkan waktu untuk ke rumah mbah Limuk’ah. Setiap berkunjung, ia selalu membawa Sembako. Tak lupa juga, ia selalu menanyakan kondisi kesehatan mbah Limuk’ah.
Kunjungan demi kunjungan yang dilakukan, kian meneguhkan hatinya untuk membantu mbah Limuk’ah. Dia pun kerap mengikhlaskan sebagian gaji yang dia terima, untuk mbah Limuk’ah memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
“Saya ikhlas membantu si mbah, saya punya hati dan rasa. Dibalik seragam ini saya tetaplah seorang putra yang dilahirkan dari rahim seorang Ibu,” ucap Bripka Faizin.
Menurutnya, apa yang dilakukannya karena tergerak oleh rasa kemanusiaan terhadap sesama. Ia pun berharap bantuan yang diberikannya bisa sedikit meringankan beban hidup nenek tua itu.
“Saya kasihan melihat kehidupan si mbah, semoga Allah memberikan hati bagi mereka yang memiliki kelebihan sehingga dapat membantunya,” imbuhnya.
Dengan kondisi rumah mbah Limuk’ah yang begitu memprihatinkan itu, Bripka Faizin berharap bisa dijadikan sasaran prioritas pemerintah dalam program bedah rumah agar mbah Limuk’ah bisa tinggal di rumah yang lebih layak.
“Harapan saya, rumah si mbah ini menjadi prioritas oleh pemerintah dalam program bedah rumah, agar nantinya dapat tinggal dengan layak,” pungkas Bripka Faizin sembari berharap.
Sementara itu, Mbah Limuk’ah mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih telah dikunjungi serta diberi bantuan oleh personil Polres Sampang. Ia pun mengungkapkan bantuan ini tentunya sangat membantu untuk kebutuhan dapurnya.
“Terimakasih banyak nak, bingkisan ini sangat bermanfaat sekali, mudah-mudahan Allah SWT membalasnya dengan pahala yang besar,” tutur mbah Limuk’ah.
Dihadapan kontributor media online ini, mbah Limuk’ah menceritakan kisah hidupnya. Ia mengaku semenjak tinggal di desa tersebut jarang mendapat bantuan dari pemerintah.
Mirisnya lagi, di tengah derasnya program bantuan pemerintah guna menanggulangi dampak pandemi Covid-19, nenek miskin tersebut justru tidak tersentuh oleh berbagai program itu.
Mbah Limuk’ah hanya bisa mengelus dada dan diam seribu bahasa saat melihat dan mendengar warga kurang mampu di desanya kerap menerima berbagai program bantuan dari desa dan pemerintah.
“Sebelumnya saya pernah dapat bantuan beras, tapi sekarang sudah gak lagi, katanya sudah di cabut. Kalau tetangga yang lain dapat, saya tidak di ajak, katanya nama saya tidak ada,” ungkap mbah Limuk’ah.
Meski demikian, mbah Limuk’ah tetap tegar walau sebenarnya ambyar. Ia tidak pernah protes dan ngotot memaksakan diri untuk mendapatkan berbagai program bantuan tersebut.
“Kerja apa mas, orang tua begini gak laku tenaganya. Dulu pernah ada petugas yang datang ke sini, semuanya di foto, tapi hingga saat ini saya gak tau lagi gimana kelanjutannya,” tandas Mbah Limuk’ah.
Untuk di ketahui, berbagai bentuk bantuan di gelontorkan pemerintah agar warga miskin yang tidak terkafer program PKH dan BPNT dapat merasakan bantuan pemerintah di tengah mewabahnya pandemi Covid-19.
Selain berbentuk sembako, pemerintah juga memberikan Bantuan Sosial Tunai (BST). Dan juga melalui BLT DD, desa di beri anggaran bervariasi antara 25 hingga 35 persen dari jumlah DD yang diterima desa untuk di berikan kepada warganya.