SUMENEP, SUARABANGSA.co.id – Bulan Juni, diketahui hari lahir Pancasila. Peringatan hari lahir Pancasila dilaksanakan setiap tanggal 1 Juni. Hal ini, merujuk pada sidang BPUPKI dalam merumuskan dasar negara tahun 1945 silam.
Sejumlah tokoh berperan penting dalam merumuskan dasar negara tersebut. Sebut saja Mohammad Yamin, Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Dr. Radjiman Wedyodiningrat, Ki Bagus Hadi Kusumo, hingga KH Wahid Hasyim.
Ketua Komisi I DPRD Sumenep, Darul Hasyim Fath mengatakan, bicara Pancasila bukan sekedar bicara indoktrinasi. Jika hanya bicara pancasila dari sisi tersebut, kata dia sama halnya mengamini era depotisme orde baru yang berkuasa 32 tahun lamanya.
Politisi PDI Perjuangan itu mengatakan, kalau berbicara Pancasila, makan harus bicara sebuah diskursus hingga konklusi. Kata dia, bicara Pancasila seharusnya darinsis melihat residu iedologi-ideologi yang saling bertikai dalam abad peradaban dunia.
“Sebab, kata Bung Karno, Pancasila menjadi perasan dari sosialisme, menjadi perasan dari kapitalisme, menjadi perasan dari kebaikan-kebaikan dan kearifan Nusantara,” jelas Darul, dalam acara dialog yang digelar RRI Sumenep, dengan tajuk “Pancasila, Sejarah, dan Tantangannya”, Rabu (22/6/2022) lau.
Menurutnya, bicara Pancasila diera generasi saat ini ada banyak tantangan yang harus dijelaskan. Salah satu tantangan itu, saat ini ada sebagian pihak yang menganggap pancasila tidak bisa mengakomodir perkembangan zaman. Pancasila dianggap dianggap membosankan. Seolah-olah Pancasila memberi doktrin yang membuat masyarakat resah dengan keadilan yang belum tercipta.
“Itu hanya soal cara kita sebagai generasi memberlakukan dirinya melihat sejarah. Kalau kita sebagai generasi hanya ingin membuat penagih janji negeri ini, bahwa cita-cita keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, belumlah tunai sebagaimana yang tertuang dalam asas-asas negeri ini. Dan itu menjadi sila di Pancasila,” katanya.
“Itu soal pilihan kita sebagai narasi. Apakah kita akan memilih generasi sebagai penagih janji, atau menjadi bagian dari generasi republik ini yang ikut menunaikan janji republik kepada seluruh cita-cita republik,” sambung Politisi asal Pulau Masalembu itu.
Politisi asa Pulau Masalembu itu juga menegaskan, Pancasila itu bukan value, bukan pula sebagai nilai yang menggambarkan republik ini mengalami broken promise, yang seolah-olah ada janji yang terabaikan. Sebab, menurut Darul, Pancasila itu menjadi cita-cita yang disepahami, yang aktual, dan perlu aktualisasi dari generasi-generasi cerdas yang tidak miskin literasi