Penulis: Hans Wijaya*
Baru saja kita merasakan udara segar dari tanda tanda berakhirnya pandemi, kini kita dihadapkan pada krisis ekonomi, dengan ditandai harga komoditas yang melambung tinggi, jika kemaren kita dihadapkan pada langkanya oksigen kini kita diterpa gaibnya minyak goreng dan BBM, tidak sampai disitu saja, disusul LPG dan komoditi lain sebagai pelengkap.
Sebagian besar yang langka merupakan kebutuhan primer, banyak masyarakat bertanya kok bisa? Jika ditinjau dari sudut pandang ekonomi mikro terjadinya Interaksi pasar dagang akan secara alami demand (permintaan) menurun, meski “bisa” dimainkan oleh kartel, dan karena ini bukan interaksi yang lumrah maka ini masuk kategori problem, banyak hal yang melatarbelakanginya, melihat ekonomi secara makro kondisi fiskal dan moneter dalam negeri saat ini dipengaruhi ekonomi global yang sedang bergejolak, terutama berkaitan kenaikan inflasi di hampir semua negara dunia, dampaknya stabilitas harga menjadi terganggu.
Untuk meminimalisir problem ini dari sudut makro dapat diambil dari kebijakan fiskal dan moneter seperti yg di ambil pemerintah sekarang “jika dilihat sudut pandang makro agak sedikit lucu, baru saja dari kemenkeu menaikkan PPN dalam negeri menjadi 11%, seminggu kemudian harga mulai naik, setelahnya dikembalikan lagi dengan Bantuan langsung tunai (BLT) untuk menyelamatkan daya beli masyarakat, menurut saya konsepnya masih sama, yang berlebih membantu yang tertindih, cuma instrumennya di orkestrasi oleh pemerintah, itu menurut hemat saya”.
Inflasi adalah musuh dari daya beli masyarakat, pada prakteknya daya beli masyarakat hanya sebuah angka rata rata pengambilan instrumen beberapa komoditas yg dinamakan PPP (purcashing power parity). Yaitu pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan dengan paritas daya beli, namun juga tidak semua golongan penduduk merasakan hal itu. Masih ada kelompok penduduk yang khawatir bagaimana besok ia akan makan, minum, dan memenuhi kebutuhan lainnya. kesenjangan antar keluarga masih jauh sekali. Percepatan peningkatan standar hidup keluarga berpengeluaran rendah penting dicarikan solusi.
*Dosen Prodi Ekonomi Pembangunan Universitas Bojonegoro kini juga sedang menjalankan riset indeks pembangunan manusia (IPM) di Bojonegoro, sebagai bahan masukan strategi kebijakan pembangunan berkelanjutan